Monday, August 10, 2015

Go-Jek dilarang Masuk....



Dear rekan-rekan Jum Rahadiantono yang luar biasa... Fenomena Ojek Go-Jek memang luar biasa. Hampir setiap saya berada di jalan raya, selalu saja ada mereka. Sangat Mudah mengidentifikasi keberadaan mereka karena mereka menggunakan jaket dan helm berwarna hijau yang cukup mencolok pandangan mata. Namun ternyata ada beberapa segelintir orang yang merasa terusik oleh keberadaan mereka....


Menurut info dari majalah detik edisi 191 tanggal 27 juli 2015, Go-Jek telah berhasil mengumpulkan 10 ribu tukang ojek diwilayah DKI Jakarta dan sekitarnya dengan penghasilan perbulan antara rp. 4 juta hingga 6 juta. Adapun ojek konvensional diwilayah DKI Jakarta dan sekitarnya berjumlah sekitar 80 ribu orang. 

Penghasilan Rp. 4 hingga 6 juta ini cukup menarik perhatian apabila dibandingkan dengan UMR DKI Jakarta yang berada pada angka rp. 2,7 juta. Dengan jam kerja yang sama, ojek Go-Jek bisa mendapatkan penghasilan hingga 2 kali lipat. Namun risiko mereka juga sebanding karena wilayah kerja mereka yang berada di jalanan sangat berpotensi tertimpa kecelakaan lalulintas. Belum lagi jika turun hujan atau udara panas terik yang dapat mengganggu kesehatan. 

Namun, rupanya fenomena popularitas Go-Jek ini membuat iri sekelompok orang yang merasa lahan kerjanya diambil.. Yap. Mereka adalah ojek konvensional. 

Sewaktu saya berkendara di jalan Simatupang tanggal 01 Agustus 2015, beberapa spanduk yang menentang keberadaan Go-Jek nampak terpasang. Seperti dalam foto di jalan Kebagusan I : "PERHATIAN !!! Gojek dilarang mengambil penumpang dikawasan ini". Ada juga yang spanduk yang berbunyi: "Go-Jek dilarang masuk!!!

Mereka merasa bahwa area mereka mangkal merupakan lahan milik mereka padahal biasanya area itu adalah area publik dimana keberadaan mereka mungkin saja mengganggu pejalan kaki atau pengendara lain karena menghambat lalu lintas. Justru keberadaan Go-Jek yang tidak mangkal itulah yang tidak mengganggu ketertiban. 

Dear rekan-rekan Jum Rahadiantono... Pepatah lama mengatakan bahwa barangsiapa yang tidak dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman maka ia akan punah. Pager tersingkirkan oleh handphone. Surat pos dan telegram digantikan oleh email. Kamera film & Polaroid digantikan oleh kamera digital. Kini ojek konvensional mulai merasa tersisih dengan kehadiran Go-Jek. 

Pelangganlah yang akan menentukan moda transportrasi mana yang akan digunakan. Selagi masih ada waktu, ada baiknya Ojek konvensional mulai berbenah mulai dari bergabung dengan Go-Jek atau mengikuti manajemen Go-Jek dengan hitungan perkilometer, menyediakan helm bagi penumpang dan tertib berlalulintas. Niscaya tidak perlu ada rasa iri dan dengki. Keselaraaan bagi Ojek-ojek pun dapat tercipta...

Semoga berguna....

No comments:

Post a Comment